Keuntunganmu berapa? Cuma karena terlalu asyik berdagang hingga lupa waktu shalat.
Kalaulah Gajimu sudah bisa untuk membeli oksigen yang selama ini diberikan Allah secara gratis bolehlah kiranya engkau tak shalat.
Kalaulah keuntunganmu sudah cukup untuk membeli nyawa yang selama ini tertanam didalam tubuhmu, mungkin engkau tak perlu shalat.
Padahal untuk bernafas saja kita masih butuh Allah, untuk mendetakkan jantung saja kita tak mampu mendetakkan sendiri, kita butuh Allah, bahkan untuk tidurpun kita butuh Allah yang bisa memejamkan mata kita.
Tapi kita sombong, seolah-olah kita tak butuh Alloh hingga berani menunda-nunda atau bahkan meninggalkan shalat demi alasan mengais rezeki.
Allah sama sekali tak butuh shalat kita, tapi kita yang butuh Allah dengan shalat.
Kita tahu bahwa rezeki semua makhluk yang ada dibumi ini telah dijamin oleh Allah, tapi karena kesombongan, kita menjadi tak yakin.
Coba saja bayangkan seandainya kita menjadi seekor cicak yang makanannya nyamuk, pasti banyak orang yang stress.
Cicak tak bisa terbang, nyamuk bisa terbang tapi krn cicak selalu berdzikir kpd Alloh amat mudah bagi Alloh menerbangkan nyamuk untuk mendekati mulut cicak.
Begitulah kita, sesulit apapun rezeki yang kita cari, kalau kita selalu dekat dengan Allah (rajin ibadah), amat mudah bagi Allah untuk menghantarkan rezeki itu ke hadapan kita.
Allah berjanji menjamin rizkimu. Maka melalaikan ketaatan padaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya adalah kekeliruan yang sangat fatal.
Perbaikilah ibadahmu maka Allah akan memperbaiki rezekimu
Bu Ijah – Siti Khodijah- jualan Gado-gado di pojok jalan Asmawi, Beji, Depok |
Saya sering beli gado-gado di warung milik bu Ijah – Siti Khodijah- di pojok jalan Asmawi, Beji, Depok ini. Untuk kedua kalinya saya terpaksa menunggu di lapaknya yang ditinggalkan begitu saja.
“Dimana yang jual ini Pak…” tanya saya pada tukang rambutan di sebelahnya.
“Lagi sholat dzuhur, bu Ijah nya…” kata penjual rambutan tersebut. Mau tak mau, Saya pun menunggu.
Sepuluh menit kemudian bu Ijah muncul, mungkin karena sudah kenal dengan wajah pelanggannya ini dia kemudian berkata, “maaf ya nunggu lama…”
“Habis sholat ya Bu?” tanya saya.
“Iya mas, kaya kagak, shalat kagak, rugi dong saya…” jawabannya yang ceplas ceplos tersebut bikin saya merasa ditampar.
“Nggak takut pelanggan pada lari Bu?” tanya saya.
“Emang sih kata orang-orang setiap pas saya shalat ada banyak yang mau beli, enam sampe tujuh pelanggan yang datang… tapi kalau udah rezeki mah gak bakal kemana. Kalau kagak beli ya bukan rezeki saya atuh…”
Plak! Penjelasan Bu ijah kali ini terasa lebih pedas tamparannya, lebih pedas dari rasa gado-gadonya. Jelas, keyakinannya soal rezeki jauh diatas keyakinan saya yang kadang masih ragu pada Allah yang Maha Memberi Rezeki pada semua hambaNya.
Terima kasih ya bu Ijah atas tamparannya..
Sahabatku.. Berapa Gajimu Sampai Rela Meninggalkan Shalat? Sekaya apa dirimu sampai rela meninggalkan shalat?
loading...