Tausiah KH. Muhammad Anwar Manshur Cerdas Menggali Hikmah di Balik Setiap Peristiwa

Tausiah KH. Muhammad Anwar Manshur Lirboyo Kediri

اَلحَمْدُ لِلَّهِ مُنَوِّرِالْقُلُوْبِ بِالْحِكْمَةِ وَالإِيْمَانْ . وَبِهِمَا هَدَاهَا إِلَى سَبِيْلِ السَّعَادَةِ وَالْجِنَانْ . دَارِ السَّلاَمِ وَاْلأَمَانْ. وَالصَّلاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمِّدٍ صَاحِبِ الْحِكَمِ الْعِظَامْ . الَّذِيْ هُوَ الْقُرْأَنُ الْعَظِيْم . وُسُنَنِهِ المطهرة. وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ هُمْ أَخْياَرُ الْخِيَرَةِ . وَبَعْدُ

Pembaca yang dirahmati Allah…
Setiap peristiwa yang dialami seseorang senantiasa mengandung hikmah yang diselipkan Allah Azza wa Jalla. Tujuan Allah meletakkan hikmah itu, tidak lain agar manusia dapat menjadikannya sebagai pelajaran (ibrah), dan mengambil manfaat darinya untuk kemudian dijadikan dasar dalam menapaki kehidupan. Dalam cerita-cerita yang disampaikan Allah melalui al Quran, Allah senantiasa menekankan betapa pentingnya kecerdasan sebagai wasilah untuk memahami hikmah di balik peristiwa-peristiwa yang terjadi. Allah Azza wa Jalla berfirman:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ ِلأُوْلِي اْلأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf; 111)

Dalam ayat yang lain, Allah menegaskan;

وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: “Dan semua kisah dari para Rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan (dalam surat ini) telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud; 120)
Ayat ini diturunkan oleh Allah swt. untuk menguatkan hati Nabi saw., agar jangan sampai terpengaruh oleh cacian orang-orang yang memusuhinya. Dalam ayat ini, Allah juga menjelaskan bahwa para Rasul dahulu juga mengalami peristiwa yang sama dengan yang dialami Nabi saw. Sehingga Nabi saw. diharapkan benar-benar memerhatikan kisah-kisah para Nabi yang telah diwahyukan kepada beliau. Beliau menghayati segala peristiwa yang menimpa para pendahulunya, dan menjadi tahu bahwa medan perjuangan yang dialami setiap penyampai ajaran Allah sangat berat. Berbagai bentuk ujian harus mereka hadapi dengan penuh kesabaran dan ketawakalan. Semua sudah diatur oleh Allah yang Maha Arif lagi Maha Kasih.


Pembaca yang budiman…
Kecerdikan Nabi dalam menghayati setiap peristiwa yang terjadi pada para Nabi sebelumnya, ternyata berpengaruh besar dalam menentukan sikap ketika menangani setiap persolan yang sedang menimpa. Buah penghayatan Nabi dari kisah para Nabi sebelumnya antara lain adalah, beliau menjadi lebih sabar dalam menghadapi umatnya, bijak dalam bertindak, cerdas mengambil langkah-langkah strategis, dan yang tak kalah penting adalah kesadaran akan peran serta Allah dalam setiap peristiwa.
Kesadaran akan peran serta Allah dalam setiap peristiwa, hendaknya diiringi pula dengan berprasangka baik kepada Allah swt. Sebab, manusia yang hidupnya selalu diliputi dengan prasang buruk, jangankan memperoleh hikmah dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya, mendapatkan hidayah saja boleh dikatakan mustahil. Sehingga hidupnya akan senantiasa dirundung kegalauan. Karenanya, untuk mengetahui hikmah dari setiap peristiwa yang sedang menimpa, hendaknya seseorang mengedepankan sikap berprasangka baik atau husnudzan kepada Sang Maha Pencipta. Terlebih, berprasangka baik kepada Allah swt. merupakan bentuk ibadah yang lain. Nabi Muhammad saw. bersabda:

إِنَّ حُسْنَ الظَّنِّ بِاللَّهِ مِنْ حُسْنِ عِبَادَةِ اللَّهِ

Artinya: “Sesungguhnya berbaik sangka kepada Allah adalah sebagian dari baiknya beribadah kepada Allah.” (HR. Ahmad)
Selain itu, jika seseorang telah berbaik sangka kepada Allah, maka berarti ia telah percaya terhadap semua tindakan Allah. Dan tentunya, ia juga harus yakin bahwa di balik tindakan Allah pasti terkandung hikmah, kebaikan, dan manfaat bagi dirinya. Karena tidak ada tindakan Allah yang tergolong sia-sia. Allah swt. Berfirman:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَاْلأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لاَعِبِينَ

Artinya: “Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” (QS. Al-Anbiya’; 16)

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَاْلأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلاً

Artinya: “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya sesuatu yang batil (tanpa hikmah).” (QS. Shad: 27)


Pembaca yang arif…
Di antara kelompok yang dikenal sebagai ahli dalam mencari hikmah adalah ulama sufi. Para ulama sufi memiliki teknis khusus dalam menggali hikmah. Yakni, dengan mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah dimiliki. Karena Nabi sendiri mengatakan;

مَنْ عَمِلَ بِمَا يَعْلَمُ وَرَّثَهُ الله ُعِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Artinya: “Barangsiapa mengamalkan ilmu yang sudah ia dapatkan, maka Allah akan memberikan pengetahuan yang belum pernah ia ketahui.”
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa, hikmah tersebar di mana-mana dan tidak terhitung jumlahnya, karena terlalu banyak dan begitu luasnya. Hikmah hanya dapat dibuka dengan mujahadah, muraqabah, dan mengerjakan amal-amal lahir dan batin. Duduk bersama Allah dalam kesenderian (al-khalwah) dan penuh kesadaran (hudlur al-qalbi), itulah pintu ilham dan sumber keterbukaan (hikmah). Banyak sekali pelajar yang berlama-lama dalam menuntut ilmu, namun tidak mampu untuk mengamalkan apa yang ia peroleh, meski hanya satu kalimat saja. Sementara itu, tidak sedikit orang yang hanya membatasi diri pada hal-hal yang penting, namun maksimal dalam beramal dan mengawasi hati, Allah telah membukakan baginya pintu rahasia, hikmah, dan pengetahuan yang halus, yang dapat membuat bingung orang-orang berotak cemerlang.


Pembaca yang dimuliakan Allah…
Di balik setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Ulama ushul fikih mengartikan hikmah sebagai manfaat yang diperoleh dan marabahaya yang dapat dijauhi. Jika kita terapkan dalam peristiwa yang kita alami, berarti pengalaman-pengalaman yang dapat kita ambil manfaatnya, dapat kita gunakan untuk menangkal hal-hal yang membahayakan dan membuat usaha kita gagal. Dengan demikian, kita telah berusaha menjadi orang yang cerdas dalam memanfaatkan hikmah Ilahiyah, pengajaran Allah untuk kehidupan kita. Maka, sungguh beruntung orang yang dianugerahi hikmah. Allah swt. berfirman;

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُولُو اْلأَلْبَابِ

Artinya: “Allah menganugerahkan “hikmah” kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah; 269)
Syaikh Ibrahim An-Nakha’i mengatakan bahwa, arti dari “al-hikmah” dalam ayat di atas adalah pemahaman. Jadi, orang yang dianugerahi pemahaman (terutama tentang hal-hal yang dapat menjadikan ia lebih dekat kepada Allah) telah mendapatkan anugerah dan karunia yang banyak, baik karunia keduniawian maupun karunia kerohanian.


Pembaca yang dimuliakan Allah…
Akhir kata, marilah kita berdoa bersama-sama, semoga kita dijadikan orang yang cerdik dalam memahami dan menghayati hikmah di balik setiap peristiwa yang kita alami. Menjadikan kita semakin dekat kepada Sang Sumber hikmah, Allah swt. Sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat karunia yang banyak. Allahumma amin…
Mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan derajat luhur memang tidak mudah, tapi Allah sudah memberikan salah satu caranya lewat Alquran:
وَ مِنَ الَّليْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةَ لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُوْدًا
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Israa ayat 79)

Betapa tidak, langkah ini banyak ditempuh oleh muttakin, salafus shalih dan ahli ibadah lainnya.
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ آَخِذِينَ مَا آَتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS Adz-Dzaariyaat ayat 15-18)


Pembaca yang dirahmati Allah ….
Salat di malam hari menjadi salah satu cara untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, lantaran ketinggian derajat  bagi mereka yang intens menekuninya. Pada malam hari ketenangan lebih terasa, kebisingan redup dengan lelapnya manusia-manusia, sehingga lebih mendatangkan kekhyusu’an bagi yang ingin menikmati ibadah atau bermunajat kepada Allah swt. Salat malam membuat suasana berbeda, dan ini jelas lebih dicintai oleh Allah lantaran malam hari manusia lebih menikmati waktu istirahatnya. Salat malam lebih dicintai Allah yang kemudian dipertegas dengan sabda Nabi,
أَحَبُّ الصَّلاَةُ إِلَى اللهِ صَلاَةُ دَاوُدَ وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ الّيْلِ وَيَقُوْمُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَيَصُوْمُ يَوْمًا وَيَفْطُرُ يَوْمًا
Artinya: “Salat yang paling dicintai Allah adalah solatnya Nabi Daud dan puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud, yang tidur pada pertengahan malam, lalu bangun pada sepertiganya dan tidur pada seperenam malamnya. Dan puasa satu hari dan tidak puasa satu hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 Pembaca yang dirahmati Allah ….
Jika merujuk kepada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, sebaik-baiknya lelaki  adalah hamba Allah yang salat di waktu malam. Malam yang dimaksud di sini adalah sepertiga malam, sekitar jam dua belas malam. Keutamaannya sudah mafhum dan banyak kita ketahui. Allah menurunkan utusan khusus dilangit terendah untuk mendengarkan hamba-hambanya, mengabulkan permohonan hamba-hambanya, bahkan memberikan ampunan bagi siapa yang memintanya pada malam itu.
Itulah keutamaan di malam hari yang dituturkan oleh rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari ra. “Dan lebih utamanya salat setelah salat fardhu adalah saat malam.” Terdapat waktu di mana tidak ada seorang hamba yang meminta kepada Allah swt. akan kebaikan urusannya di dunia dan akhirat kecuali Allah swt. memberikannya, dan itu terdapat di setiap malam.“ Dan jangan sampai lupa, untuk mengisi malam-malam tersebut dengan dzikir, doa atau belajar agar lebih bermanfaat. Semoga Allah memberkahi dan merahmati apa yang dikerjakan.
Inilah usaha kita untuk meggapai kesuksean itu semua. Segala keinginan, segala hajat ukhrawi dan duniawi bisa kita usahakan lewat ibadah kita di tengah malam. Dan ini pula cara yang langsung ditawarkan oleh Allah swt. bagi yang ingin mendapatkan derajat mulia. Semuanya tergantung kita, bermunajat di hadapan Allah di waktu nikmatnya tidur memang berat, tapi di sinilah mungkin Allah menspesialkan waktu tersebut sebagai bentuk ujian yang ingin mendapat derajat luhur lewat amalannya. Mencari siapa yang paling baik usaha dan amalanya di dunia ini. Allah berfirman di dalam KitabNya,
تَبَرَكَ الَّلذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَياةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسََنَكُمْ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ
Artinya: “Maha suci Allah yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih amalnya. “(QS. Al-Mulk 1-2)


Tetaplah yakin dengan jalan yang kita tempuh atas ujian tersebut. Karena kita adalah hamba yang beriman dan tak ada orang yang beriman kepada Allah swt. Ia sia-siakan. Karena Allah swt. hanya mencampakkan bagi mereka yang mencari tuhan selainNya. Inilah kita orang mukmin yang punya kedudukan tinggi. Dan itu telah terekam abadi di dalam ayatNya,

وَلاَتَهِنُوْا وَلاَتَحْزَنُوْا وَأَنْتُمْ الأَعْلَوْنَ إِنْكٌنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran 139)
Maka tetaplah berusaha untuk melejitkan pribadi kita dalam mencapai kesuksesan yang kita harapkan. Yakinlah dengan firman Allah di atas bahwa kita seorang mukmin mempunyai kedudukan tinggi jika mau berusaha. Semoga bermanfaat dan Allah mengabulkan semua usaha kita dan memberkahi serta merahmatinya. Amin.

وَالسَّلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَة اللهِ وَبَرَكاتُه

loading...

Postingan terkait: