Hadirin
Rahimakumullah,
Multatuli
mengibaratkan bumi Indonesia laksana jamrud yang berada di dataran
khatulistiwa. Qurasish Shihab juga mengibaratkan tanah Indonesia laksana
sekeping tanah sorga yang di hamaparkan di persada nusantara. Dua ungkapan
tersebut menggambarkan bertapa indah dan hebatnya sumber daya alam yang kita
miliki. Kita Negara kaya, sumberdaya kita potensisal, tanah kita pun subur,
Namun kenyataannya masih banya rakyat yang berada dibawah garis kemiskinan,
bayi-bayi kekurangan gizi, pelajar putus sekolah, bahkan rakyat mati menderita
kelaparan. Mengapa hal ini terjadi? Ini disebabkan Sumber daya alam yang kita
miliki belum dimanfaatkan oleh bangsa kita sendiri, melainkan dieksploitasi
dikikis habis oleh bangsa-bangsa lain sebagai aksi penjajahan gaya baru.
Bahkan
akhir-akhir ini akibat kecongkakan tangan-tangan manusia itu sendiri yang
dibungkus sains dan teknologi telah mengikis habis keramahan alam sehingga yang
nampak adalah krisis lingkungan, polusi, malapetaka atomik, menipisnya lapisan
ozon di atmospir, hingga ancaman terjadinya hujan api dibeberapa belahan dunia.
Fenomena tersebut menandakan ketidak harmonisan hubungan manusia dengan alam
raya, akibatnya dirasakan oleh manusia sendiri. Sebab “if the habitat was
cared will give function but if not it would make destroy”. Jika alam
lingkungan dipelihara akan berdaya guna tapi jika dibiarkan akan menimbulkan
bencana. Demikianlah ungkapan Edwar Buckle dalam History Of Civilization in
England.
Melihat
betapa pentingnya memelihara lingkungan tersebut, maka pada kesempatan ini kita
akan membicarakan tentang, “Kewajiban Manusia Memelihara dan Memakmurkan Alam”,
dengan rujukan firman Allah, surat al-Hijr ayat 19-20 :
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا
فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ{19}وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ
وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ {20}
Artinya
: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung
dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.(19) Dan Kami
telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami
menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki
kepadanya.(20)”
Hadirin
Rahimakumullah,
Prof.
Dr. Muhammad Qurish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan, bahwa kalimat وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ “dan kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”, dipahami oleh sementara
ulama dalam arti bahwa Allah swt menumbuh-kembangkan di bumi ini aneka ragam
tanaman untuk kelangsungan hidup dan menetapkan bagi setiap tanaman itu masa
pertumbuhan dan penuaian tertentu, sesuai dengan kuantitas dan kebutuhan makhluk
hidup. Demikian juga Allah swt menentukan bentuknya sesuai dengan penciptaan
dan habitat alamnya.
Dalam
tafsir al-Muntakhab, ayat ini dinilai sebagai menegaskan suatu temuan ilmiah
yang diperoleh melalui pengamatan di laboratorium, yaitu setiap kelompok
tanaman masing-masing memiliki kesamaan dilihat dari sisi luarnya, demikian
juga sisi dalamnya. Bagian-bagian tanaman dan sel-sel yang digunakannya untuk
pertumbuhan memiliki kesamaan-kesamaan yang praktis tak berbeda. Meskipun
antara satu jenis dengan yang lainnya dapat dibedakan, tetapi semuanya dapat di
klasifikasikan dalam satu kelompok yang sama.
Hadirin,
alangkah bahagia dan indahnya alam ini jika setiap individu memiliki semangat
dalam memelihara dan melestarikan alam raya yang kita huni ini, sehingga dapat
menghasilkan manfaat bagi semua manusia yang ada. Para ilmuan menyebut abad
ke-21 sebagai the age of anxietyor restlenses, abad yang penuh
dengan kegelisahan, kecemasan, perang antar suku dan bangsa menjadi-jadi,
resesi ekonomi melanda seluruh lapisan warga, ledakan penduduk semakin tak
terkendali bahkan pencemaran lingkungan menjadi ancaman kehidupan.
Kondisi
tersebut hadirin, jelas telah menimbulkan beban psikologis bagi kehidupan
masyarakat, akibatnya masyarakat menjadi serba salah, hati menjadi resah dan
gelisah, jiwa terasa hampa dan merana, semangat hidup tiada dan enggan
berkaryabahkan yang paling parah munculnya berbagai penyakit psikomotis,
penyakit kejiwaan yang dapat mematikan seluruh umat manusia secara perlahan dan
mengerikan, kalaupun bertahan namun hidup tidak lagi merasakan ketenangan.
Hadirin,
lalu apakah tugas manusia di muka bumi ini? tidak lain adalah untuk memakmurkan
bumi, mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungan-nya sebagai
tempat tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam al-Qur’an surat Huud
ayat 61 :
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا
لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ
فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ {16}
Artinya
: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).”
Ma’asyiral
muslimin Rakhimakumullah,
Demikianlah
firman Allah yang yang menginformasikan kepada kita bahwa manusia diciptakan
dari tanah dan ditugasi untuk memakmurkan tanah atau bumi. Karena itu dalam
bidang ilmu pengetahuan alam kita mengenal istilah alam biotiks (alam raya) dan
alam abiotis (berupa moral manusia). Kerusakan alam biotiks biasanya berwal
dari kerusakan alam abiotis yakni moral manusia. Sebagai contoh : berdasarkan
penelitian Wahana Lingkungan Hidup di DKI Jakarta tercatat memiliki 2.118 Sumur
Bor dengan kedalaman tidak kurang dari 40 M, sehingga jika terjadi penambahan
sumur lagi pada tahun 2010 nanti, Wilayah DKI Jakarta bisa mencapai daratan 0,0
M, dari permukaan laut alias rata menjadi laut.
Ancaman
kerusakan tersebut hadirin sebuah bukti yang harus kita renungkan, kita
fikirkan, kita cermati untuk kita antisifasi agar saat ini maupun kelak tidak
lagi terjadi kerusakan alam. Lalu bagaimanakah tanggung jawab dan usaha kita
sebagai warga negara dalam memelihara alam lingkungan ini? Sebagai jawabannya,
Pertama : Kita harus mendukung dan membantu program
pemerintah dengan jalan melakukan reboisasi tanah-tanah gundul, pembuatan
terasering untuk mencegah longsor, penanggulangan limbah dan sampah
bersama-sama dan menghentikan pemburuan satwa serta penebangan hutan secara
liar. Kedua : Kita syukuri alam sebagai nikmat Allah swt dengan cara
memeliharanya agar kita dikasihi oleh Allah swt. Rasulullah saw bersabda :
إرحموا من فى الأرض يرحمكم من فى السماء
“Sayangilah
oleh kamu sekalian segala apa yang ada di muka bumi ini niscaya yang di atas
(Allah) akan menyayangimu.”
Apabila
sikap ini kita aplikasikan maka Allah swt menjamin kemakmuran alam raya yang
kita miliki sehingga kita jauh dari petaka, terhindar dari bencana tapi dekat
dengan nikmat dan barakat dari Allah swt yang Maha Qudrat.
Hadirin,
perlu diketahui bahwa orang pintar tapi salah, tidak shaleh, tidak mungkin
memakkmurkan alam, orang hebat namun bergelimang maksiat mustahil peduli
mengelola alam raya, malah yang timbul adalah watak-watak perusak, pohon-pohon
ditebangi, gunung-gunung di gunduli, dan satwa-satwa diburu. Padahal akibatnya,
manusia sendiri yang menanggungnya, kita tengok beberapa kejadian baru-baru
ini, terjadi banjir di jakarta, lonesor, gempa bumi di Yogyakarta dan
gunung-gunung meletus di beberapa daerah Negara kita ini.
Belum
cukup dengan semua itu kitapun dikejutkan dengan munculnya angin topan,
gelombang pasang naik kedaratan, jebolnya tanggul di Situ Gintung Tanggerang
yang menghabiskan ratusan nyawa manusia dan lain sebagainya. Mengapa demikian?
Ebid G Ade melantunkan :
Barangkali
di sana ada jawabnya
Mengapa
di tanahku terjadi bencana
Mungkin
Tuhan mulai bosan
Melihat
tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau
alam mulai enggan, bersahabat dengan kita
Coba
kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Dengan
demikian, dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa alam akan berdaya guna jika
dipelihara, namun akan menimbulkan petaka jika dirusak. Bentuk perusakan alam
adalah dengan memperbanyak maksiat dalam hidup dan penghidupan manusia. Oleh
karena itu, dalam rangka mengelola alam ini kita hindari diri kita
masing-masing dari perbuatan-perbuatan maksiat, baik terhadap diri sendiri,
terhadapa alam raya , terlebih kepada Allah swt.
Semoga
Allah memberikan kekuatau kepada kita dalam mengemban amanah sebagai khalifah
di muka bumi ini terutama dalam mengelola alam, semoga Allah memberikan
keberkahan kepada bangsa ini, amin ya rabbal ‘alamin.
والله
المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم
ورحمة الله وبركاته
http://buyamudo.blogspot.co.id/2013/11/kumpulan-naskah-syarhil-quran.html
loading...