Teks Syarhil Qur'an [SQ] Urgensi keteladanan akhlaqul karimah bagi para pemimpin dalam mewujudkan green government dan good goverment

Teks Syarhil Qur'an [SQ]  Urgensi keteladanan akhlaqul karimah bagi para pemimpin dalam mewujudkan green government dan good goverment

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Dewan Hakim yang Kami Hormati,
Hadirin Sebangsa dan setanah air yang kami banggakan!

Pepatah Arab mengatakan
Annaasu ‘ala diini mulukihim
“Agama manusia sangat bergantung pada agama penguasanya”
Hal ini mengisyaratkan kepada kita semua hadirin, bahwa tindak tanduk seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakatnya. Tatkala pemimpinnya jujur, maka akan berdampak kepada system pemerintahan, rakyatnya, dan bangsanya yang subur dan makmur.
Tapi hadirin, tatkala pemimpinnya kotor, berjiwa koruptor, kerjaannya hanya molor, maka ini adalah tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa.
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah!
Mengingat betapa pentingnya  keteladanan akhlaqul karimah bagi para pemimpin, oleh karena itu pada kesempatan kali ini, kami akan membawakan syarahan yang berjudul:
“Urgensi keteladanan akhlaqul karimah bagi para pemimpin dalam mewujudkan green government dan good goverment”. Dengan landasan Surat Al-ahzab ayat 21:
Kalau kita kaji, menurut kajian ilmu ma’ani, dalam ayat tersebut terdapat ilthifaatul kalam min thogiril khitob ila thogiril ghoib, yaitu pada kalimat lakum kepada kalimat liman.
Muhammad Bin Abdullah Azz-zarkasyi mensyarahkan
Hikaayatu haalihim lighoirihi, ita’ajjaba bihi ‘ala fi’lihim wa kufrihim
Menceritakan tentang perilaku seseorang kpada yang lainnya, aneh karena atas perbuatan dan keingkarannya. Maksudnya hadirin, tatkala seseorang telah diberikan contoh yang baik dalam kehidupannya, tapi ia tidak mau menjelaskan dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya, maka ia termasuk orang yang bodoh.
Kalau kita tarik dalam dimensi kepemimpinan, sungguh sangat bodoh, tatkala pemimpin diajarkan oleh Rasulullah tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik, namun ia ingkar dari ajaran Allah, ia ingkar dari Tujuan Rasulullah, ia ingkar dari firman-firman Allah, maka orang tersebut termasuk orang yang bodoh.
Dengan demikian hadirin, kita sebagai seorang pemimpin, harus mampu menjadi Ing ngarso sung tulodo, yang mampu tampil dihadapan masyarakat sebagai teladan dalam setiap perjuangan, bukan sekedar tut wuri handayani, yang hanya duduk dibelakang member konsep-konsep perjuangan, memberikan strategi pemerintahan, tapi ia tidak mau tahu prakteknya dilapangan.
Sedangkan konsep uswatun hasanaH, dijelaskan oleh Muh. Nur, MA bahwa konsep tersebut bukan hanya sekedar konsep teoritis, akan tetapi merupakan konsep realities dan empiris yang telah diajarkan Rasul, yang telah dicontohkan oleh Rasul daam memimpin Ummatnya, dan itu dikatakan berhasil, Ummat Islam Berjaya ketika zaman Rasul. Betul hadirin?
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah!
Apabila hal ini dikaitkan dengan keberadaan para pemimpin sekarang ini dinegara kita, bagaimana mereka menjalankan roda kepemimpinan.
Maka, sepertinya kita harus mengelus dada, karena tidak sedikit pemimpin yang ingkar dari ajaran Allah, tidak sedikit pemimpin yang jauh dari contoh Rasulullah, dan tidak sedikit pemimpin yang ingkar dari Al-qur’an sebagai firman Allah.
Tatkala mereka berada dihadapan rakyat, mereka menjelma bagaikan malaikat penebar Rahmat dan pembawa syafaat.
Tapi hadirin, sebaliknya, tatkala mereka ada dibelakang rakyat,  mereka menjelma menjadi orang keparat, yang mengambil hak-hak rakyat, menilap uang-uang rakyat, sampai mencekik leher-leher rakyat dan sampai rakyat sengsara. Na’udzubillah, tsumma na’udzubillahi min dzalik…
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah….
Dalam keadaan seperti ini,muncullah pemikiran kita sebagai insan-insan pilihan. Apa sih yang harus kita lakukan dalam menghadapi estafeta kepemimpinan yang tidak jelas arahnya seperti ini. Allah Maha tahu, Allah telah berfirman dalam surat An-nisa ayat 59:
Hadirin Rahimakumullah,
Alhafidz ibnul Hajar menjelaskan dalam kitabnya lubaabunnuqul  fii asbaabinnuzul.  Bahwa ayat ini berkaitan dengan cerita tentang sekelompok pasukan perang yang diperintahkan pemimpinnya untuk senantiasa menjerumuskan diri kedalam api unggun, bertepatan dengan hal tersebut turunlah ayat tersebut sebagai bantahan bahwa taat kepada  pemimpin harus dilihat dan diseleksi terlebih dahulu. Dilihat dari asas manfaat, dilihat dari kebijakan-kebijakan yang mementingkan kepentingan rakyat. Sedangkan kajian uslubiyyah menyebutkan bahwa dalam ayat tersebut terdapat lafadz athi’u sebelum lafadz Allah dan Rasul, akan tetapi tidak ada kata ‘Athiiu sebelum kata ullil amri.
Hal ini sangat luar biasa hadirin,  menjelaskan kepada kita semua tentang konsepsi ketaatan kita kepada seorang pemimpin.Ta’at kepada Allah, .ta’at kepada Rasulullah merupakan hal yang tidak bisa tawar lagi. Akan tetapi taat kepada pemimpin, harus terlihat, harus dillihat dari bagaimana pemimpin tersebut mengambil kebijakan. Kalau pemimpin mengambil kebijakan atas nama rakyat, kita dukung. tetapi jika pemimpin mengambil kebijakan yang tujuannya bukan untuk mensejahterakan rakyat, maka kita tinggalkan dan kita luruskan.
Hadirin Rahimakumullah,
Begitu komperhensip penjelasan Islam dalam menciptakan clean government dan good government. Yaitu bemula dari keteladanan akhlaq bagi para pemimpin.
Hadirin Rahimakumullah,
Waktu adalah pedang, dan tatkala kita tidak mampu memanfaatkan waktu tersebut, maka kita akan termasuk orang-orang yag merugi.Dan ingat hadirin, kita adalah orang-orang yang beriman dan beramal kebajikan. Oleh karena itu hadirin, maka kita harus mampu mempergunakan hal ini dengan sebaik-baiknya sebelum adzab Allah datang. Hal ini, tercantum dalam firman Allah ayat 1-3.
Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan!
Berakhirnya ayat tersebut, berakhir pula syarahan kita pada ksempatan ini. Untuk menciptakan clean government dan good government, syarahan ini manyimpulkan bahwa
1.      Akhlaq para pemimpin harus ditata sesuai dengan akhlaq Rasul
2.      Pemimpin harus bisa hadir sebagai uswatun hasanah yaitu figure yang baik
3.      Kita sebagai bangsa Indonesia, harus mampu berperan serta dalam mewujudkan Indonesia yang berkarakter dengan cara mengaping roda-roda kepemimpinan.
Sekian dan demikian.  Wassalamu’alaikum
loading...

Postingan terkait: