Kerajaan Funan diperkirakan berdiri sejak abad 1 M. sumber utama
pengetahuan kita tentang kerajaan Funan pada awal pertumbuhannya adalah
berita-berita Cina.
Funan adalah pengucapan Cina untuk kata “bnam”, perkataan Khmer lama
untuk kata “Phnom” (artinya gunung). Raja-rajanya bergelar “Kurung Bnam”,
artinya “raja gunung”. Gelar “Raja Gunung” ini sama dengan gelar : Syaila
raja”, yaitu gelar raja yang biasa dipakai oleh raja- raja Pallawa Konyeveram
di India Selatan dulu. Gelar raja gunung ini juga mempunyai makna yang sama
dengan gelar “Syailendra” (Syailender = raja Gunung) yang dipakai oleh
raja-raja dinasti Syailendra di Mataram. Mungkin di antara Syaila raja,
raja-raja Funan dan Dinasti Syailendra Jawa Tengah ini ada hubungannya.
Wilayah kerajaan Funan ini sekarang meliputi daerah yang luas meliputi
Vietnam Selatan (sekarang) dan Kamboja. Ibu kotanya Viyadhapura (bandar
pemburu), terlatak didekat bukit Ba Phnomp daerah Pre Veng, Kamboja. Bandar
pelabuhannya adalah Oc Eo terlatak di delta Sungai Mnkhong di pantai Teluk
Siam. Tanah Melayu dan Indonesia, kemudian India, Persia bahkan daerah Laut
Tengah.
Menurut beriita Cina (yang ditulis oleh Kang Tai yang bersama datang
ke sana bersama Chu Ying pada pertengahan abad ke 3 M). pendiri kerajaan Funan
adalah oerang India, yang disebut sebagai Hunten. Ia berhasil mengalahkan
penduduk setempat dan menikah dengan ratunya beranama Liuyeh, kemudian
mendirikan dinasti yang kemudian memerintah selama satu setengah abad..
Kejadian ini mungkin terjadi pada abad pertama Masehi.
Menurut sejarah Liang, seorang dari keturuanan raja tersebut (Hunten)
Hun Pa-huang meninggal ketika berumur lebih dari sembilan puluh tahun dan digantikan
anaknya laki-lakinya yang kedua, bernama Pan-Pan yang menyerahkan kekuasaannya
kepada seorang panglimanya yang besar bernama Fan Shih Man (menurut sejarah Chi
Selatan). Setelah “Pan-Pan memerintah tiga tahun, kemudian meninggal dan
kemudian rakyar memilih Fan Shih Man sebagai raja”. Kejadian ini mungkin
terjadi pada awal abad ke tiga .
Fan Shih Man adalah penakluk besar. Dengan angkatan perangnya yang
kuat ia banyak melakukan penaklukan daerah-daerah sekitarnnya.
Menurut berita Cina Fan Shih Man meninggal ketika mengepalai serbuan
ke negeri Chin Lin, perbatasan Emas, yang mungkin berarti sama dengan
Swarnabhumi, yang dimaksud adalah Burma Hilir atau Tanah Melayu.
Hubungan dengan Cina berlangsung baik, sampai tagun 287. Tetapi
rupanya hubungan dengan Cina tidak selalu baik, karena kemudian Fan hsun (raja
FUnan 0 mengadakan perjanjian dengan fan HSiung (raja Lin Yi) (Campa) pada
tahun 370 dan bersama-sama berperang melawan Ciao-Ci (Tongkin) selama sepuluh
tahun. Buku sejarah Cina menyebutkan
mengenai peristiwa
ini, bahwa
Li-Yi –negara penyerang itu didirikan pada satu abad sebelumnya oleh Chu Lien,
seorang pegawai setempat, yang mengunakan kelemahan dari kerajaan Han (206 SM –
221 SM), dengan mendirikan kerajaan sendiri pada tahun 192 SM. Orang Cina
menyebutnya dengan HIsiang Lin, merupakan daerah kecil dimana gerakan
kemerdekaanberlangsung (terhadap daerah kawasan Cina, Je-nan). Derah itu hampir
sama dengan Thua-Thien di Annam, sekarang terletak Bandar Hue.
Demikian negeri Li-Yi yang kemudian nama campa muncul dalam sejarah.
Bukti-bukti arkeologi menunjukan bahwa puisat kekuasaaanya adalah disebelah
selatan dari Hue, yaitu Quang-nam,annam sekrang. Derah ini kaya dengan hasil
arkeologi seperti : tra-kieu, mison dan Deong Duong yang menghasilkan
hasil-hasil kesenian Amarawati. Tidak dijumpai bukti-bukti tertang
tradisiraja-raja Campa atau tentang keturunan pengaruh India, seperti halnya
Funan.
Sampai tahun 357 tak ada berita tentang Funan. Dalam berita China pada
tahun 357 ada diberitakan tentang upeti dari raja Funan Bernama Chantan,
beragama Hindu. Chantan adalah seburtan Cina kepada gelaran Candan yaitu gelar
raja-raja Kushana keturunan Kanishka, dimana Funan pernah mengadakan hubungan
dengan daerah tersebut pada abad 3 M.
Demikianlah
dikemukakan satu teori, bahwa raja Funan itu mungkin berasal dari India
(ketuirunan Kunishka) yang lari ke FUnan karena penaklukan India urtara oleh
Samuderagupta (335-375) raja kedua dinasti Gupta. 1
Catatan diganti oleh seorang Brahmin India bernama Kiao Chen-Yu .
sebutan ini diartikan sebagai
“kaudinya”. Hal ini menunjukan kembalinya unsure-unsur hindu ke dalam
pemerintahan.
Raja yang besar dalam sejarah Funan kemudian adalah
Kaudinnya Jayawarman yang meninggal tahun 514. Kapan dia memerintah tidak
diketahui. Pda tahun 484 jayawarman mengirimkan utusannya ke Cina untuk meminta
bantuan melawa Lin-yin. Tetapi permintaan itu ditolak. (dari surat jayawarman
itu dapat diketahui bahwa agama resmi Funan pada waktyu itu adalah Siwaisme
(dikalangan rakyat ada pula yang beragama Budha). Menurut buku sejarah Cina selatan rang Funan itu ahli pelayaran,
perompak sering merampok tetangganya.
Raja tinggal di istana yang bertingkat-tingkat, rumah orang kebanykan beratapkan
bamboo, pakaiannya adalah sehelai kain yang diikat sekelilingg pinggang,
hobbinya menyambung ayam dan mengadu babi.
Kaudinnya Jayawarman adalah raja Funan yang pertama dikenal nam
aslinya. Masa kerajaan Funan berakhir karena setelah Kaudinnya Jayawarman
meninggal tahun 514, timbulah pemberontakan dari vazal Funan, Cenla di bawah
raja Citra Sena. Pada tahun 627, pada masa Isanawarman Funan disatukan dengan
Cenla.
Isanavarman mendirikan kota Isamapura dekat Kompong
Thom sekarang. Disana masih masih ada bekas-bekas yang paling menarik dari
jaman pra-Angkor yang pernah dijumpai sampai
sekarang.
Daerah Cenla makin diperluas kearah barat laut KAmboja seperti :
Cankrankapura, Amogapura , Bhimapura. Sedangkan daerah selatannya daerahnya
terbentang dari Cantabun sampai Dvaravati. Dengan campa (Lin-Yi) dijalin
persahabatan, bahkan Isanawarman memerintah sampai tahun 635. Penggantinya
adalah Bavavarman II, tidak diketahui hubungannya dengan Isanavarman, kemudian
Jayavarman I mungkin anak Bhavavarman II. Tahun pemerintahannya berdasarkan
prasasti adalah tahun 657, tetapi mungkin juga ia memerintah sebelum itu. Ia
memerintah selama selama 40 tahun. Banyak meninggalkan hasil bengunan dan
prasasti, selama pemerintahannya ditandai dengan perang penaklukan. Dia tidak
meninggalkan bakal penggantinya. Dari sebuah prasasti diketahui bahwa jandanya
bernama jayadewi menggantikannya, tetapi pada saat itu berkobar untuk
membebaskan diri dari daerah yang dikuasainya.
Pada jaman Cenla ini dibidang keagamaan patut dicatat bahwa agama
budha tidak lagi mendapat tempat yang istimewa seperti pada jaman Funan,
kedudukannya digantikan oleh agama Hindu
terutama pemuja Siwa dalam bentuk Harihara (Siwa dan Wisnu dipersekutukan)
seperti biasa dilakukan di Pallawa pada sekitar tahun 450.
Kebanyakan prasasti ditulis dalam bahasa sansekerta tetapi ada juga
dalam bahasa Khmer. Bagaimanapun tampak bahwa pengaruh kebudayaan asli nampak
kuat, seperti misalnya adanya bukti dalam prasasti yang menunjukan bahwa betapa
pentinggnya garis keturunan matryiarchat. Dalam sejarah yang ada dikatakan
bahwa tidak lama setelah tahun 706 pecah dua menjadi Cenla Hulu dan Cenla Hilir
(Cenla Darat dan Cenla Air).
Raja pengganti Jayawarman menguasai daerah itu sebagai Adiraja, tetapi
tidak menguasai secara langsung di daerah yang ada ditangan raja-raja
kecil daerah. Cenla daratan ada di Utara, sedangkan Cenla perairan ada di
daerah delta di selatan.
Perepcahan ii jelas melemahkan kekuatan Cenla.
Kedaulatannya atas daerah yangs ekarang bernama Thailand dan Malaya lepas.
Bahkan kelemahannya ini menimbulkan keberanian kekuatan luar untuk menyerang
Cenla. Pada akhir abad ke delapan Cenla Hilir diserang oleh perompak dari
“Jawa”, yang dimaksud mungkin serangan dari Jawa, Sumatera atau Semenanjung
Melayu. Sebuah Prasasti di Jawa menceritakan bahwa negeri itu dikalahkan oleh
Sanjaya (prasasti Canggal 732). Sementara itu seorang pengarang Arab bernama
Abu Zaid hasan (abad Ke-10) menceritakan kisah pengembaraan seorang saudagar
bernama Sulaiman yang mengembara ke daerah ini pada tahun 851, yang mengetahui
adanya serangan tentara Jawa atas Cenla pada akhir abad ke- 8.
1 Peristiwa penaklukan ini
mungkin menjadi alas an mengapa didapatnya pengaruh Pallawa yang kuat di
Kamboja, Campa dan Semenajung Melayu. Dan juga mengapa prasasti-prasasti dalam
jaman itu tertulis dengan huruf Pallawa”.
loading...